21 Sep 2013

Paper

“PENGARUH NILAI GAIN TERHADAP TIME RISE
PADA SISTEM CLOSE LOOP ”
Oleh :
Nur Vidia Laksmi B (7311040016)

Departemen Teknik Elektro
Program Studi Teknik Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Kampus Its Keputih Sukolilo Surabaya 60111
email : nurvidia46@gmail.com

ABSTRAK
Pada suatu pengaturan alat yang dilakukan dengan proses otomatis menggunakan sistem kontrol  close loop,  semua parameter yang dihasilkan menunjukkan unjuk kerja alat tersebut yang dipengaruhi       dengan variasi nilai gain pada fungsi alihnya. Dan parameter unjuk kerja yang sangat berbeda nantinya adalah  waktu bangkit gelombang saat kondisi gelombang transient.


1.    PENDAHULUAN
Suatu alat elektronik pada dunia industri sebenarnya harus memenuhi beberapa kriteria yakni : mempunyai torsi besar, tidak memiliki kerugian daya reaktif, tidak  menimbulkan harmonisa pada sistem tenaga listrik yang mensuplainya, memiliki akurasi kontrol yang tinggi dll. Salah satu cara untuk mencapai hal diatas adalah dengan cara pengaturan. Dewasa ini pengaturan pada sistem industri tidak melulu mengandalkan SDM yang banyak, namun dengan SDM yang minimal namun hasil yang maksimal yakni dengan otomatisasi yang berbasis mikrokontroller. Unjuk kerja menggunakan kontroler ini dinyatakan dengan beberapa parameter yakni maximum point, steady point, waktu tunda (delay time), waktu bangkit (rise time), lonjakan (overshoot), waktu keadaan tunak (settling time) dan kesalahan (error). Maximum point merupakan kedudukan maksimal suatu fungsi alih saat kondisi transient yang dapat dilihat pada grafik output yang dibentuk sedangkan steady point merupakan kedudukan saat fungsi tersebut sudah benar-benar dalam kondisi steady state. Dan kedua parameter tersebut dinyatakan dalam satuan volt.  Pada sistem kontrol ini menggunakan sistem close loop dan mencoba dengan variasi nilai gain yang dikemas dengan variable k terhadap pengaruh waktu bangkitnya ( time rise ). Selain melihat hasil semua parameter unjuk kerja kontroller, kita juga melihat kedudukan pole zero setiap fungsinya. Karena nantinya kedudukan pole zero juga dapat merujuk kondisi sistem tersebut dalam keadaan stabil atau tidak.

2.    PEMBAHASAN
      Secara umum pada sistem pengaturan, sistem kontrol dibagi menjadi 2 yakni open loop dan close loop. Pada sistem open loop, keluarannya tidak mempengaruhi sinyal output karena tidak ada sinyal umpan balik (feedback), jadi akibatnya adalah ketetapan atau ketelitian  dari sistem ini tergantung pada proses kalibrasi. Dan juga tidak adanya feedback menyebabkan tidak adanya perbandingan apakah inputan yang diberikan sama dengan output nantinya.

Untuk sistem close loop adalah sistem control yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem control loop tertutup juga merupakan sistem control berumpan balik. Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal keluaran atau turunannya, diumpamakan ke kontroler untuk memperkecilk kesalahan dan membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. 

     Bentuk transfer function yang digunakan pada sistem kali ini adalah

Sehingga contoh untuk close  loop dengan k=1

Dari persamaan transfer fungsi diatas maka dapat dicari pole dan zero-nya, dimana zero merupakan persamaan laplace pada sisi pembilang. Dan pole pada sisi penyebut. Pada fungsi tersebut untuk mencari nilai pole menggunakan rumus :


3. HASIL SIMULASI
Hasil simulasi saat close loop

4. ANALISA
Pengontrolan suatu alat dapat di lakukan apabila sistem yang di kontrol bekerja dengan stabil. Kita dapat mengetahui karakteristik antara masukan dan keluaran di transfer fungsi yang dipengaruhi nilai k yang di sisipkan sebagai gainnya. Saat sistem close loop dengan beberapa nilai k yang semakin besar  karakteristik yang paling terlihat adalah time risenya (tr) semakin singkat itu artinya semakin cepat saat starting motornya, namun untuk parameter lainnya saat nilai k yang semakin besar, maka parameter unjuk kerja seperti max point, steady point, MOV dan time settling semakin besar pula. Nilai zero diambil pada pembilang dan nilai pole diambil pada penyebut di setiap transfer fungsinya. Sehingga karena pembilangnya hanya sebuah konstanta ( 1) tanpa variable maka zeronya nol dan nilai polenya yang dapat dicari. Dan juga untuk transfer function yang digunakan, semua pole terletak di kuadran kiri sehingga kita dapat mengganggap bahwa sistem yang ada sudah agak stabil, dikatakan agak stabil karena zero-nya tidak ada,.bila pole dan zero berada pada kuadran kiri semua, maka kita bisa mengatakan bahwa sistem itu tersebut dalam keadaan stabil. Nilai time rise diambil dari waktu 90% maximum pointnya contohnya saat k=1,max. pointnya 0.101 volt. Maka 90% dari maximum pointnya adalah 0.0909 volt. Jadi waktu muncul tegangan 0.0909 volt itu adalah nilai time risenya (sekon). Sedangkan ts (time settling) merupakan waktu dimana saat kondisi gelombangnya sudah steady state. Kita juga dapat menghitung nilai MOV secara teori (Maximum Overshoot)  dengan cara :


Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil secara teori dan praktikum dan mendapatkan hasil seberapa besar % errornya.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan hasil simulasi diatas dapat disimpulkan bahwa
1.      Pada sistem  close loop, saat nilai k semakin besar maka nilai time risenya berbanding terbalik dengan k menjadi lebih singkat. Namun  untuk parameter lainnya semakin besar
2.   Untuk kedudukan pole pada sistem close loop, disaat nilai k-nya berubah semakin besar maka polenya berubah dibagian imaginernya yang  semakin besar pula, namun  untuk bagian riilnya tetap.

6. DAFTAR PUSTAKA









Tidak ada komentar:

Posting Komentar